Selasa, 13 Mei 2008

18- c. Sunan Bonang













(الحمد لله)
sesampai di kota Tuban Kita tunggu dan di jemput oleh habib Anis Alkaf langsung beliau menerangkan bahwa kalo mao ziarah ke sunan bonang dianjurkan ke maqom Al Habib Abdul qodir bin alwi bin Alydrus Al-habsy, karna beliau adalah yang punya kunci maqom sunan bonang, kita disitu melaksanakan maulid, sesudah itu kita meluncur ke maqom Sunan Bonang,

Lha.........
Ini tugasnya mbah sulaiman bercerita yang sangat
LUAR BIASA..............







Sunan Bonang

Beliau putra Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban.

Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha

Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit.

Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban.

Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.

Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq). Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga.

Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri.

Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang.

Sesudah itu kita menuju ke maqom Ayahanda sunan ampel / Kakeknya sunan bonang

yaitu: Maulana Malik Ibrahim Asmoro kondi

Baca : Maulana Malik Ibrahim Asmoro kondi.......................................



Sunan:Kudus,Muria,Bonang,Gresik,Giri,Drajad,Ampel,Asmorokondi,Mbah hamid,Habib Abu Bakar Assegaf.




3 komentar:

Ir. Bagir Sodik mengatakan...

saya sangat senang blog ini. membacanya menimbulkan ketenagan,alhamdulillah.

Crew.ABAEPHONE.Tronic mengatakan...

Komunitas Ahababul Musthofa (AM), semoga langgeng min dunia ila akhirot, Amin

Crew.ABAEPHONE.Tronic mengatakan...

Mr. sholeh?, info via HP apa bisa?

@baephone-purwodadi