Minggu, 18 Mei 2008

25- j. Sunan Drajad











Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang

Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Lamongan.

Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden Qosim putra Sunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama islam di desa Drajad sebagai tanah perdikan dikecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari surabaya maupun Tuban lewat Jalan Dandeles ( Anyer - Panarukan ), namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaran pribadi.

Sejarah singkat

Sunan Drajat bernama kecil Raden Syari­fuddin atau Raden Qosim putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah pelajaran Islam dikuasai, beliau me­ngambil tempat di Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Daerah Tingkat II Lamongan sebagai pusat kegiatan dakwahnya sekitar abad XV dan XVI Masehi. Beliau memegang kendali keprajaan di wilayah perdikan Drajat sebagai otonom kerajaan Demak selama 36 tahun.

Beliau sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal sosiawan sangat memperha­tikan nasib kaum fakir miskin. Beliau terle­bih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran. Usaha kearah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempu­nyai otonomi.

Sebagai penghargaan atas keberha­silannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, beliau memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak I pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi.

Wewarah pengentasan kemiskinan Sunan Drajat kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :

  1. Memangun resep teyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain)
  2. Jroning suko kudu eling Ian waspodo (didalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
  3. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
  4. Meper Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu - nafsu)
  5. Heneng - Hening - Henung (dalam keadaan diam kita akan mem­peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita - cita luhur).
  6. Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir bathin hanya bisa kita capai dengan sholat lima waktu)
  7. Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masya­rakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita).

Empat pokok ajaran dari Sunan Drajad
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Satu hal yang sangat menarik perhatian saya adalah materi dakwah yang disampaikan oleh Sunan Drajad. Dalam setiap dakwahnya beliau menyampaikan empat pokok ajarannya yang sangat terkenal di masyarakat. Empat pokok ajaran inilah yang menjadi substansi dakwah dari Sunan Drajad. Empat pokok ajaran dari Sunan Drajad adalah :

  1. Menehono teken marang wong wuto
  2. Menehono mangan marang wong kan luwe
  3. Menehono busono marang kang mudo
  4. Menehono ngiyup marang wong kang kudanan

Kurang lebih demikian artinya :

  1. Berilah tongkat kepada orang yang buta
  2. Berilah makan kepada orang yang kelaparan
  3. Berilah pakaian kepada orang yang telanjang
  4. Berilah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan

Sekilas kalau kita perhatikan dari 4 pokok ajaran yang disampaikan Sunan Drajad tersebut nampaknya tidak ada yang istimewa. Namun kalau kita kaji lebih dalam lagi ternyata ada makna tersirat yang terkandung dalam 4 pokok ajaran tersebut. Dan ternyata 4 pokok ajaran ini sangat supel dan luwes, siapapun dapat mengamalkannya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bahkan 4 pokok ajaran tersebut tampaknya masih sangat relevan untuk diamalkan dalam kondisi kekinian. Makna tersirat dari 4 pokok ajaran tersebut adalah :

  1. Berilah petunjuk kepada orang yang bodoh.

Dalam konteks kekinian tentu saja dapat pula dimaknai bahwa kualitas pendidikan harus terus ditingkatkan, karena pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berkualitas akan semakin banyak mencetak generasi penerus yang siap hidup dan bersaing di era globalisasi ini

  1. Sejahterakanlah kehidupan orang yang miskin (kurang makan)

Program pengentasan kemiskinan harus dijadikan prioritas utama oleh pemegang kekuasaan bangsa ini. Berbagai upaya harus senantiasakan dilakukan demi terciptanya pemerataan hidup. Sehingga tidak akan terdengar lagi slogan “yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin”

  1. Ajarkanlah budi pekerti (akhlak) kepada orang yang tidak punya malu atau belum beradab.

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan dari budi pekerti bangsa itu, jika dekadensi moral menjadi wabah yang menjalar pada bangsa tersebut, maka tunggu saja saat kehancurannya. Untuk itu perlu adanya penanganan yang sangat serius dalam pembelajaran budi pekerti di dalam masyarakat. Tentu peran pemerintah sangat dominan untuk merealiasasikan hal ini.

  1. Berilah perlindungan kepada orang-orang yang menderita atau ditimpa bencana

Dalam konteks kekinian perwujudan ajaran ini sangat dibutuhkan, apalagi saat ini bangsa kita sedang di landa berbagai macam musibah, baik gempa bumi, banjir, longsor, lumpur lapindo, kecelakaan pesawat, kebakaran dan lain-lain. Penanggulangan bencana tentunya bukan hanya pada aspek fisik saja, tapi yang lebih penting tentu pada aspek psikis dan rohani.

Jika 4 pokok ajaran tersebut benar-benar dilaksanakan oleh segenap lapisan masyarakat pada bangsa ini, insya Allah tujuan negeri ini menciptakan masyakat yang adil makmur akan benar-benar terwujud, bukan hanya menjadi slogan yang tak kunjung ada eksistensinya.Wallahu'alam.

Tidak ada komentar: